Senin, 01 Februari 2016

Suspensi Keras Atau Empuk?

Suspensi adalah salah satu komponen yang menjaga bodi mobil bisa berdiri pada posisinya. Tapi selain itu kinerjanya pun menentukan bagaimana karakter kendaraan saat berada di jalan.

Dengan berbagai macam tingkat kekerasan redaman, suspensi mampu membuat mobil nyaman atau mengutamakan pengendalian dan kestabilan. Tapi umumnya produsen mengatur kekerasan dan konstruksi suspensi dengan patokan beberapa hal, tergantung konsep dari mobil itu sendiri. Contohnya perbedaan karakter suspensi antara kendaraan keluarga dengan mobil sport.

Memudahkan pengguna
Beberapa mobil baru saat ini telah dilengkapi suspensi udara sebagai standar. Sistem itu memberi kemudahan bagi penggunanya untuk mengatur sendiri tingkat kekerasan sesuai kondisi jalan yang dilalui. Artinya suspensi bisa disetel kekerasannya atau diatur ketinggian ground clearance-nya. Beberapa mobil yang menggunakannya antara lain: Audi, Land Rover, Toyota, Porsche, Mercedes-Benz dan BMW.

Umumnya suspensi memiliki dua komponen utama, yaitu per dan sokbreker. Pada sistem konvensional, pengaturan tingkat kekerasan dilakukan dengan mengubah diameter batang atau lingkar per. Berbeda dengan suspensi udara, yang fungsi pernya digantikan oleh kantung udara dari karet keras namun lentur. Sehingga perubahan tingkat kekerasan dapat dilakukan instan dengan mengubah tekanan udara di dalam kantung udara tadi.

Selain itu, sistem ini juga biasanya menggunakan sensor-sensor yang memantau pergerakan dan kecepatan putaran roda. Semua sinyal itu dikirim ke modul komputer yang terhubung dengan kompresor untuk mengubah tekanan udara di dalam kantung udara.

Jika beban yang ditanggung makin besar, tekanan di kantung udara pun semakin tinggi. Hal itulah yang membuat suspensi semakin keras, tapi juga bisa menyebabkan ketinggian bodi mobil turun. Pada beberapa mobil seperti Mercy Viano, kantung udara hanya ada di bagian belakang. Sistem ini dikenal dengan automatic level control.

Sistem ini menggunakan sensor di antara suspensi dan bodi untuk memonitor ketinggiannya. Sensor akan mengirimkan sinyal ke modul untuk mengaktifkan kompresor agar memompa udara hingga posisi bodi kembali ke ketinggian semula. Lamanya proses bisa beragam, tapi umumnya tuntas dalam 1-2 menit. Jika kompresor berhenti bekerja tapi posisi bodi belum berubah, berarti ada kebocoran pada slang atau pipa sambungan.

Teknologi ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Ambil contoh Audi Allroad quattro yang dilengkapi adaptive air suspension  dengan 4 tingkat pengaturan suspensi depan maupun belakang.

Ground clearance  bisa diubah manual sampai ketinggian 208 mm dengan pergerakan maksimum 66 mm. Fasilitas ini membuatnya mudah melahap medan off-road cukup berat.

Ketika kecepatan makin tinggi, secara otomatis tekanan udara pada kantung udara menurun dan secara otomatis membuat ground clearance  makin rendah. Hasilnya, pusat gravitasi mobil pun rendah yang berefek pada aerodinamika lebih baik, kestabilan lebih tinggi dan pengurangan konsumsi bbm.

Karena sifatnya adaptif, tekanan udara bisa berubah-ubah tergantung kondisi jalan. Alasannya untuk menjaga permukaan ban tetap menapak ke jalan sehingga traksi tetap terjaga baik. Bahkan pada sistem adaptif yang canggih, saat menikung pun kompresor menambah tekanan udara pada satu sisi untuk menjaga bodi mobil tetap datar.

Keuntungan lain sistem ini adalah ketika parkir –terutama pada SUV. Suspensi disetel paling rendah untuk memudahkan penumpang keluar masuk mobil. Tapi biasanya sistem ini tetap diberi pengaman. Karena begitu pintu dibuka, sistem langsung berhenti bekerja. Tentu Anda tak mau pintu mobil tersangkut pada trotoar yang tinggi.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar